Manunggaling Kawula Gusti Atau Manunggaling Sedulur 4 – 5 Pancer adalah; Titik Poin Riyilnya Kesempurna’an Laku Murni Menuju Suci:

Manunggaling Kawula Gusti Atau Manunggaling Sedulur 4 – 5 Pancer adalah; Titik Poin Riyilnya Kesempurna’an Laku Murni Menuju Suci:
Oleh: Wong Edan Bagu.
Putera Rama Jayadewata Tanah Pasundan. Di…
Gubug Jenggolo Manik. Pukul. 11:05. Hari Jumat. Tanggal 3 Mei 2019.

Semua ilmu pengetahuan saya tentang pengertian dan pemahaman kesempurna’an hidup dan mati atau dunia dan akhirat, sudah saya kabarkan melalui artikel dan vidio di internet, Tanpa Tedeng Aling-aling.
Maksudnya;
Blak kotak tanpa ada yang saya rahasiakan atau saya tutupi, apa lagi saya sembunyikan, dan itu saya rasa sudah lebih dari cukup.

Karena semuanya sudah dan lebih dari cukup, maka pada kesempatan kali ini, untuk mempermudah mengetahui letak titik poin inti-intinya.

Saya akan merangkumnya ulang, bagian titik-titik poin intisari patinya tersebut, yang hampir selalu saya sisipkan atau saya selipkan di setiap artikel-artikel dan vidio-vidio saya di internet, atau ketika saya menguraikannya secara langsung, disaat kekadhangan.

Para Kadhang dan para sedulur Kinasihku sekalian…
Ada Lima Titik Poin Inti Sari Pati yang selalu saya sisipkan atau saya selipkan di setiap artikel dan vidio saya, dengan menggunakan berbagai macam bahasa sudut pandang universal dan Tanpa Tedeng Aling-aling atau rahasia apapun, tinggal si pembaca artikel atau penyimak vidionya, bisa mengerti, bisa paham atau tidak.

1. Titik Poin Pertama adalah;
Tentang…
Kita berasal dari Dzat Maha Suci Hidup. Kita milik Dzat Maha Suci Hidup dan Kita akan kembali kepada Dzat Maha Suci Hidup.

2. Titik Poin Kedua adalah;
Tentang…
Wahyu Panca Ghaib atau perTaubatan atau Taubat, maksudnya;
Tentang apa dan bagaimana itu Wahyu Panca Ghaib.

3. Titik Poin Ketiga Adalah;
Tentang…
Rasa Sadar. Rasa Kesadaran dan Rasa Kesadaran Murni.

4. Titik Poin Ke’empat Adalah;
Tentang…
Wahyu Panca Laku atau Iman atau keTakwaan, maksudnya;
Tentang apa dan bagaimana itu Wahyu Panca Laku.

5. Titik Poin Kelima adalah;
Tentang…
Jaga Pikiran. Jaga Hati Dan Jaga Rasa.

Para Kadhang dan para sedulur Kinasihku sekalian…
Di akui atau tidak di akui, suka atau tidak suka, di sadari atau tidak, bukan hanya kita sebagai manusia saja, bahkan semua dan segalanya itu, berasal dari Dzat Maha Suci Hidup, milik Dzat Maha Suci Hidup dan akan kembali hanya kepada Dzat Maha Suci Hidup, kelima titik poin ini, tersurat dan tersirat dalam al-qitab kejadian, untuk itu…

Mari kita simak baik-baik dengan kesadaran panjenengan yang sadar, saya akan menguraikan letak titik-titik poinnya, yang sebenarnya sudah teramat sering saya kabarkan melalui artikel dan vidio saya di internet.

1. Titik Poin Pertama adalah;
Tentang…
Kita berasal dari Dzat Maha Suci Hidup. Kita milik Dzat Maha Suci Hidup dan Kita akan kembali kepada Dzat Maha Suci Hidup.

Awal Mulanya, ketika isi dunia dan dunia ini belum ada, bahkan sebutan nama Tuhan pun belum ada.
Maksudnya;
Sebelum apapun di cipta, termasuk manusia, waktu itu Tuhan masih sebagai Dzat Hidup, belum tersebut Tuhan serta belum dinamai Allah dll, dunia seisinya ini tidak ada, yang ada hanya Dzat Hidup.

Setelah Dzat Hidup menciptakan semua dan segalanya, lalu menciptakan yang di sebut manusia, makhluk paling sempurna, di bandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya, dan makhluk paling sempurna yang pertama kali di ciptakan Dzat Hidup adalah;
Tersebut “ADAM”
Yang artinya;
Asal Dumadi Ananing Manungsa”
(awal kejadian adanya manusia).

Untuk mempermudah daya tangkap ilmu pengetahui ini, saya akan menggunakan media penggambaran atau ilustrasi penggambaran terkait ini, agar supaya lebih mudah dipahami.

Mengapa dan kenapa manusia disebut makhluk paling sempurna di banding makhluk-makhluk lainya…?!

Sebab karena, hanya manusia saja, yang di beri akal piranti atau bekal alat yang komplit dan kelengkapan yang sempurna, bukti ini, bisa kita dapatkan, dengan mengkaji ulang tentang sejarah awal peradaban kehidupan mmanusia, yang bermula dari proses kejadian terciptanya “ADAM”

Dzat Hidup menciptakan tubuh Adam dari tanah pilihan;
Artinya, bukan asal tanah, singkat pendeknya, Dzat Hidup mengambil tanah pilihan, lalu menciptanya menjadi wujud tubuh “ADAM”

Setelah wujud tubuh yang berbahan tanah pilihan itu tercipta dengan sempurna, pada waktu itu, wujud tubuh yang sempurna itu, belum bisa apa-apa dan tidak bisa apa-apa, hanya diam tak berkutik, tidak ubahnya patung tanah, yang andai kata tertimpa air setetes saja, ia akan cacat, itulah hakikat sebuah wujud tubuh manusia, tidak peduli tampan/cantik atau jelek, semuanya berhakikat sama.

Kemudian Dzat Hidup membekali wujud tubuh “ADAM” itu, dengan 4 anasir, yang berbahan dari;
1. Sari-sarinya Air.
2. Sari-sarinya Angin.
3. Sari-sarinya Api.
4. Sari-sarinya Bumi.

4 anasir ini, merupakan esensi kesaktian ilmu Dzat Hidup, maksudnya;
Semua ilmu Dzat Hidup, ada di 4 anasir ini, dan 4 anasir ini, di bekalkan pada wujud tubuh “ADAM”

4 anasir inilah, yang di kenal dengan sebutan sebagai sedulur 4 atau saudara 4, atau malaikat 4, atau sahabat 4, atau kawula.

Yang dalam istilah keilmuannya disebut juga sebagai;
1. Mutmainah.
2. Aluamah.
3. Amarah.
4. Supiyah.
Istilah adat tradisinya disebut sebagai;
1. Kawah.
2. Ari-ari.
3. Darah.
4. Pusar.
Serta masih banyak lagi sebutan-sebutan lainnya.

Bergantung kepentingan atau keperluan individu penggalinya, dalam mempelajarinya, namun yang jelas dan pasti, adalah 4 Anasir, yaitu;
1. Sari-sarinya Air.
2. Sari-sarinya Angin.
3. Sari-sarinya Api.
4. Sari-sarinya Bumi.

Sekalipun wujud tubuh “ADAM” sudah di bekali 4 Anasir yang merupakan esensi kesaktian Dzat Hidup, tetap saja, wujud tubuh “ADAM” pada saat itu, belum bisa apa-apa dan tidak bisa apa-apa, hanya diam tak berkutik, tidak ubahnya patung tanah, yang andai kata tertimpa air setetes saja, ia akan cacat, itulah hakikat sebuah wujud tubuh manusia.

Kemudian Dzat Hidup mengambil sebagian Ruh/Roh-Nya;
“Aku ambil sebagian Ruh/Roh-Ku”

Nah…
Bagian dari Ruh Dzat Hidup inilah, yang disebut-sebut sebagai Utusan atau Rasul, atau Ruh Suci/Kudus, atau juga sebagai Pancer atau Guru Sejati, yang jika di singkat menjadi Gusti, Gu-Sti_ Gu-Guru_Sti-Sejati, Gusti berarti Guru Sejati, bukan Tuhan.

Atau Hidup/Urip atau Romo atau Roh Mono atau Roh lan Komo atau Rasa Manunggal, dan masih banyak lagi istilah-istilah lainnya, yang hanya bikin pusing di kepala saja, jikalau saya sebutkan semuanya.

Setelah sebagian dari Ruh-Nya diambil sendiri, kemudian Dzat Hidup mengajak Ruh-Nya sendiri itu, berbincang-bincang, dalam perbincangan itu…

Dzat Hidup menjelaskan semua dan segala rahasia tentang kejadian-Nya, (Perbincangan ini, dari awal hingga akhirnya, di tulis rapi dan abadi didalam qitab hidup, yang lebih dikenal dengan sebutan sebagai qitab “Lauhul Ma’fud” dan hanya Ruh Dzat Hidup dan Dzat Hidup itu sendiri saja, yang bisa mengetahuinya).

Dan atas ijin Hidup saya pula, saya berani Tanpa Tedeng Aling-aling memberikan beberapa bocoran dari isi qitab hidup tersebut, sebagai penggunggah kesadaran yang belum tersadarkan, khususnya bagi Para Kadhang yang sedang belajar bersama saya, namun belum sampai di tahapan ini.

Kenapa dan mengapa hanya sedikit…?!
Kok tidak sekalian semua saja…!!!

Setiap wujud tubuh yang masih hidup, itu masing-masing memiliki Hidup, artinya memiliki Gusti, maksudnya;
Guru Sejati, jadi, pasti akan mengetahui sendiri, jikalau sudah sampai di tahapannya, kalau semuanya katanya, lalu dimana letak benarnya.

La wong masih katanya…
Sedangkan benar itu, adalah menyaksikan sendiri, bukan katanya.

Walaupun sedikit bocoran dari saya, itu sudah lebih dari cukup Lo…

Kalau bukan Wong Edan Bagu orang nya, belum tentu, bahkan mungkin, sama sekali panjenengan tidak akan mendapatkan bocoran apapun tentang “Lauhul Mahfud” qitab kejadian kehidupan ini.

Berikut ini sedikit bocorannya dari saya Wong Edan Bagu;
Dalam Perbincangan itu, Dzat Hidup memberitahukan kepada Ruh-Nya sendiri Tentang Adanya Dzat Hidup.

Sesungguhnya tidak ada apa-apa, ketika masih sunyi hampa belum ada sesuatu apapun, yang paling awal ada adalah “AKU” (DZAT HIDUP/Urip), sesungguhnya yang Maha Suci meliputi sifat-KU, menyertai nama-KU, menandakan perbuatan-KU.

Maksudnya…
Pada mulanya alam semesta ini tidak ada, semuanya masih sunyi hampa tidak ada apa-apapun, yang paling dulu ada, adalah “AKU” (Dzat Hidup/Urip) “jadi” tidak ada sesuatu pun yang mendahului adanya “AKU” (Dzat Hidup/Urip).

Dzat Hidup juga memberitahukan kepada Ruh-Nya sendiri Tentang Tempatnya Dzat Hidup.

Sesungguhnya “AKU” (Dzat Hidup/Urip) adalah dzat yang maha kuasa, yang kuasa menciptakan segala sesuatu, jadi seketika, sempurna berasal dari kuasa-KU, di situ telah nyata tanda perbuatan-KU, yang sebagai pembuka kehendak-KU, yang pertama “AKU” (Dzat Hidup/Urip) menciptakan kayu bernama Sajaratulyakin, tumbuh di dalam alam yang sejak jaman azali (dahulu) dan kekal adanya.

Kemudian Cahya bernama Nur Muhammad, berikutnya Kaca bernama Mir’atulhayai, selanjutnya Nyawa bernama Roh Idhofi, lalu Lentera bernama Kandil, lalu Permata bernama Darah, lalu dinding pembatas bernama Hijab, itu sebagai tempat kekuasaan-KU.

Maksudnya…
Dzat Hidup itu, merupakan dzat yang maha kuasa, yang kuasa menciptakan segala sesuatu hanya dengan satu sabda saja, yaitu KUN, maka seketika jadi FA YAKUN, semua ciptaan-Nya sempurna, sebagai pertanda perbuatan (af’al)-KU.

Pertama diciptakan adalah Pohon (kayu) bernama Sajaratulyakin, atau sajaratulkaun (artinya pohon kejadian) yang merupakan awal dan asal mula pencipta’an.

Kedua diciptakan Cahaya yang diberi nama Nur Muhammad.

Ketiga diciptakan Kaca bernama Mir’atulhayai, Cermin Kehidupan atau Cermin Malu.

Ke’empat diciptakan Nyawa yang diberi nama Roh Idhofi.

Kelima diciptakan Lentera yang diberi nama Kandil.

Ke’enam diciptakan Permata yang diberi nama Darah.

Ketujuh diciptakan dinding pembatas antara kehidupan fisik dan non fisik, antara yang kasar dan yang halus, yang disebut hijab.

Sesungguhnya manusia itu rahsa-KU dan “AKU” (Dzat Hidup/Urip) itu rahsanya manusia, karena “AKU” (Dzat Hidup/Urip) menciptakan Adam berasal dari 4 perkara Yaitu;
1. Sari-sarinya Air.
2. Sari-sarinya Angin.
3. Sari-sarinya Api.
4. Sari-sarinya Bumi.

Itu sebagai perwujudan sifat-KU, di sana “AKU” (Dzat Hidup/Urip) tempatkan lima perkara Yaitu;
1. Nur.
2. Rahsa.
3. Ruh/Roh.
4. Nafsu.
5. Budi.
Itu sebagai perwujudan wajah-KU yang Maha Suci.

Dzat Hidup juga memberitahukan kepada Ruh-Nya sendiri Tentang Keadaan Dzat Hidup.

Bahwa…
Ruh atau Roh itu, diciptakan sebagai “Rahsa” dari Dzat Hidup, dan Dzat Hidup itu sebagai “Rahsa-nya” Ruh atau Roh, artinya;
Dzat Hidup menciptakan Ruh atau Roh, menurut gambaran-Nya atau menurut citra-Nya sendiri (maksudnya; serupa atau sama dengan-Nya).

Sedangkan manusia diciptakan dari 4 unsur yang merupakan gambaran sifat-Nya yaitu;
1. Sari-sarinya Air.
2. Sari-sarinya Angin.
3. Sari-sarinya Api.
4. Sari-sarinya Bumi.

Air di dalam tubuh manusia;
Menjadikan 4 elemen ruh atau roh, yaitu;
1. roh hewani.
2. roh nabati.
3. roh rabbani.
4. roh nurrani.

1. roh hewani;
Yang menumbuhkan kekuatan badan.

2. roh nabati;
Yang menumbuhkan rambut, kuku, dan menghidupkan budi.

3. roh rabbani;
Yang menumbuhkan rahsa (dzat hamba).

4. roh nurrani;
Yang menumbuhkan cahaya.

2. Angin didalam tubuh manusia;
Terwujud dalam 4 hal atau 4 dimensi atau partikel, yaitu;
1. Napas.
2. Tannapas.
3. Anapas.
4. Nupus.

1. Napas;
Merupakan ikatan badan fisik, bertempat di hati suwedhi, maksudnya; jembatan hati, berpintu di lisan.

2. Tannapas;
Merupakan ikatan hati, bertempat di pusar, berpintu di hidung.

3. Anapas;
Merupakan ikatan roh, berpintu di telinga.

4. Nupus;
Merupakan ikatan rahsa, bertempat di hati puat atau bathin atau qalbu, jembatan jantung, maksudnya antara hati dan jantung, berpintu di mata.

3. Api didalam tubuh manusia;
Yang menjadikan 4 nafsu, yaitu;
1. Mutmainah.
2. Aluamah.
3. Amarah.
4. Supiyah.

1. Mutmainah dari Air berwatak;
Kesucian dan ketenangan, bersifat membangkitkan kekuatan untuk berpantang (seperti tirakat – tarakbrata atau lelaku).

2. Aluamah dari Angin berwatak;
Suka terhadap makanan dan minuman, sifatnya membangkitkan kekuatan badan atau energi.

3. Amarah dari Api berwatak;
Suka marah, emosi, arogan, sifatnya membangkitkan kekuatan kehendak (karep atau niyat).

4. Supiyah dari Bumi berwatak;
Keinginan, keterpesonaan atau ketertarikan, bersifat membangkitkan kekuatan pikir, berupa akal.

Sari-sarinya bumi ini, di dalam tubuh manusia;
Berwujud pada hal-hal yang bersifat kedagingan, dan kedagingan ini, dibagi menjadi dua hal, yaitu;
Yang Pertama merupakan unsur dari bapak, berupa tulang, otot, kulit dan otak.
Yang Kedua merupakan unsur dari ibu, berupa daging, darah, sungsum dan jerohan.

Setelah 4 unsur alam terbentuk dalam wujud tubuh manusia, kemudian Dzat Hidup menempatkan pula 5 hal dzat hamba sebagai gambaran wajah-Nya yaitu;
1. Nur.
2. Rahsa.
3. Roh.
4. Nafsu.
5. Budi.

1. Nur;
Merupakan terangnya cahaya, yang jika mewakili Dzat Hidup, dapat menerangi lahir dan bathin.

2. Rahsa;
Rahsa jika mewakili Dzat Hidup, dapat menumbuhkan daya ketenteraman lahir dan bathin.

3. Roh;
Penglihatan Roh, jika mewakili Dzat Hidup, bisa menjadikan penguasa kesempurna’an lahir dan bathin.

4 Nafsu;
Kekuatan nafsu, jika mewakili Dzat Hidup, dapat menumbuhkan kekuatan kehendak yang sempurna secara lahir dan bathin.

5. Budi;
Pencipta’an budi ini, jika mewakili Dzat Hidup, bisa menumbuhkan daya cipta yang sempurna lahir dan bathin.

Bukan hanya itu dan bukan cuma itu saja, bahkan Dzat Hidup juga memberitahukan kepada Ruh-Nya sendiri Tentang Tiga Singgasana tempat tinggalnya di dalam diri manusia. Yaitu;
1. Baitul Makmur.
2. Baitul Mukarram.
3. Baitul Muqaddas/Maqdis.

1. Baitul Makmur;
“AKU” (Dzat Hidup) Bertahta di dalam Baitul Makmur, yang berada di dalam kepala “ADAM.

Di dalam kepala ada “Otak” atau Ubun-ubun;
Di dalam ubun-ubun ada “Manik”
Di dalam manik ada “Budi”
Di dalam budi ada “Nafsu”
Di dalam nafsu ada “Suksma”
Di dalam suksma ada “Rahsa”
Di dalam rahsa ada “AKU” (Dzat Hidup).

2. Baitul Mukarram;
“AKU” (Dzat Hidup) Bertahta dalam Baitul Mukarram, itu rumah tempat larangan-KU, berdiri di dalam dada Adam.

Di dalam dada ada “Hati”.
Di antara hati ada “Jantung”
Di dalam jantung ada “Budi”
Di dalam budi ada “Angan-angan”
Di dalam angan-angan ada “Suksma”
Di dalam suksma ada “Rahsa”
Di dalam rahsa ada “AKU” (Dzat Hidup).

3. Baitul Muqaddas/Maqdis;
“AKU” (Dzat Hidup) Bertahta di dalam Baitul Muqaddas/Maqdis, yang merupakan tempat suci-Ku.

Dan mohon maafkan, sungguh saya mohon di maafkan, sebab karena di bagian ini, saya tidak di perkenan kan untuk membocorkannya, kecuali jika secara langsung, salin berhadapan, sebab karena itu, berjuang dan berkorban lah untuk bisa bertemu secara langsung dengan saya, di alamat yang selalu saya sertakan di setiap artikel dan vidio saya di internet “ekali lagi mohon di maafkan”

Dan barang siapa yang fasih melafalkan 3 Singgasana Dzat Hidup yang berada di kedirian manusia ini, yaitu;
1. Baitul Makmur.
2. Baitul Mukarram.
3. Baitul Muqaddas/Maqdis.

Maka akan di karunia atau di ilhami 2 Sabda, yaitu;
1. Sabda Sateriya Sejati.
2. Sabda Sejati-Nya Sateriya.

1. Sabda Sateriya Sejati.
Untuk urusan dunia.
2. Sabda Sejati-Nya Sateriya.
Untuk urusan akhirat.

Dan dengan kedua Sabda inilah, manusia hidup bisa membuka Al-Qitab Hidup “lauhul Mahfud” sehingga bisa mengerti, memahami dan mengetahui semua dan segala rahasia tentang dirinya dan Dzat-Nya.

Untuk bisa memperoleh 2 Ilham atau 2 karunia yang merupakan Gembognya dunia akhirat ini, harus fasih melafalkan 3 Singgasana tempat tinggal-Nya Dzat Hidup yang ada di dalam dirinya terlebih dulu. Yaitu;
1. Baitul Makmur.
2. Baitul Mukarram.
3. Baitul Muqaddas/Maqdis.

Karena 3 hal inilah, jalan menuju musium, tempat di mana Qitab Hidup atau Lauhul Mahfud di simpan.

Selanjutnya…
Dan dengan semua kejelasan dari penjelasan Dzat Hidup, lalu bagian dari Ruh-Nya Dzat Hidup berSaksi;

“AKU” (Hidup/Urip) menyaksikan bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali hanya “AKU” (Hidup/Urip) dan “AKU” (Hidup/Urip) menyaksikan sesungguhnya muhammad itu adalah utusan-KU.

Maksudnya;
Ruh Dzat Hidup menyatakan kesaksian-Nya, yang ditujukan kepada makhluk ciptaan-Nya, yaitu manusia yang berbahan tanah pilihan dan di bekali 4 Anasir, bahwa tidak ada Tuhan yang lain kecuali hanya Dia semata, dan bagian dari Ruh-Nya Dzat Hidup itu, adalah rasul atau utusan-Nya.

“AKU” (Hidup/Urip) menyaksikan pada Dzat-KU sendiri, sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali “AKU” dan menyaksikan “AKU” sesungguhnya muhammad itu utusan-KU” dan “Sesungguhnya yang bernama Allah itu badan-KU, rasul itu rahsa-KU, muhammad itu cahya-KU”

AKU-lah yang “Hidup” tidak bisa mati, AKU-lah yang “Ingat” tidak bisa lupa, AKU-lah yang “Kekal” tidak bisa berubah dalam keberadaan yang sesungguhnya, AKU-lah “Waskita” tidak tersamar pada sesuatu apapun.

AKU-lah yang berkuasa berkehendak, yang kuasa bijaksana, tidak kurang dalam tindakan, terang sempurna, jelas terlihat, tidak terasa apa pun, tidak kelihatan apa pun, kecuali hanya “AKU” yang meliputi alam semua dengan kuasa (kodrat)-KU.

Setelah selesai berbincang – bincang dan bersaksi (bersyahadat) lalu Dzat Hidup mengutus Ruh-Nya sendiri itu, memasuki wujud tubuh “ADAM” dengan semua dan segala perjanjian yang telah di sepakat bersama serta yang di qitabkan dalam “Lauhul Mahfud”

Maka…
Masuklah Ruh Dzat Hidup itu, kedalam wujud tubuh “ADAM”

Dan….
Sejak itulah kehidupan di mulai;
Wujud tubuh itu, bisa bergerak, bisa duduk, bisa berdiri, bisa mendengar, bisa melihat, bisa mencium, bisa berpikir dan lain-lain sebagainya.

Bahkan bisa menyebut Dzat Hidup dengan sebutan Tuhan, dan menamai Dzat Hidup dengan Nama Dzat Maha Suci Hidup, hingga Asma’ul Husna dll.

Dan bersama’an itu pula, Dzat Hidup menamai makhluk paling sempurna cipta’an pertamanya itu sebagai “ADAM” yang artinya;
Asal Dumadi Ananing Manungsa (awal terjadi adanya manusia).

2. Titik Poin Kedua adalah;
Tentang Wahyu Panca Ghaib atau perTaubatan atau Taubat, maksudnya;
Tentang apa dan bagaimana itu “Wahyu Panca Ghaib”

Para Kadhang Dan Para Sedulur Kinasihku Sekalian…
Itu tadi endingnya, klimaxnya adalah sebagai berikut;
Setelah wujud bentuk “ADAM” selesai dicipta, lalu di bekali dengan 4 anasir, yang merupakan esensi kesaktian ilmu Dzat Hidup, yaitu;
1. Sari-sarinya Air.
2. Sari-sarinya Angin.
3. Sari-sarinya Api.
4. Sari-sarinya Bumi.
Kemudian di Masuki Ruh atau Roh-Nya Dzat Hidup.

Posisi awal dari sananya adalah seperti ini;
1. Sari-sarinya Air.
2. Sari-sarinya Angin.
3. Ruh atau Roh Dzat Hidup.
4. Sari-sarinya Api.
5. Sari-sarinya Bumi.

Ruh-Nya Dzat Hidup ada di tengah, sedangkan 4 Anasir sebagai alat pembantunya ada disamping kanan dan kirinya.

Krena ketidak tahuan manusia, akibat dari banyaknya kepentingan-kepentingan selain Dzat Hidup, sehingganya, berubah dari posisi awal mulanya, Ruh atau Roh-Nya Dzat Hidup, yang seharusnya berkuasa memimpin 4 anasir, menjadi berbalik, bahkan di perbudak oleh 4 Anasir.
Sehingga posisinya menjadi seperti ini;
1. Sari-sarinya Air.
2. Sari-sarinya Angin.
3. Sari-sarinya Api.
4. Sari-sarinya Bumi.
5. Ruh/Roh Dzat Hidup.

“Aslinya seperti ini”

1. Sari-sarinya Air.
2. Sari-sarinya Angin.
3. Ruh/Roh Dzat Hidup
4. Sari-sarinya Api.
5. Sari-sarinya Bumi.

Nah….
Inilah “Wahyu Panca Ghaib”;
1. Sari-sarinya Air – 1. Kunci.
2. Sari-sarinya Angin – 2. Paweling.
3. Ruh-Nya Dzat Hidup – 3. Asmo.
4. Sari-sarinya Api – 4. Mijil.
5. Sari-sarinya Bumi – 5. Singkir.

Artinya…
Wahyu Panca Ghaib adalah;
Wahyu Tertua, karena di turunkan Pertama kali, sebelum Wahyu Wahyu lainnya di turunkan, dan penerima pertamanya adalah Nenek Moyang leluhurnya Bangsa Manusia, yaitu “ADAM”

“Wahyu Panca Ghaib”
Wahyu artinya; Pemberian Tuhan secara langsung.
Panca artinya; Lima/5.
Ghaib artinya; Ruh atau Roh.
“Wahyu Panca Ghaib” berarti maksud;
Lima Ruh Pemberian Tuhan secara langsung, tanpa perantara, itulah “Wahyu Panca Ghaib”
Yang dewasa ini, banyak di tolak oleh sebagian orang awam atau manusia yang belum tergugah kesadaran sadarnya, padahal; tanpa adanya “Wahyu Panca Ghaib” di dalam wujud tubuhnya.

Sungguh…!!!
Wujud Tubuh itu hanya seonggok Bangkai Patung Tanah, yang jika tertimpa setetes air saja, akan cacat bahkan mungkin hancur.

Dengan uraian ini, berArti dapat disimpulkan, bahwa;
Sesungguhnya, seluruh bangsa manusia itu, tidak peduli apapun agama dan suku serta latar belakangnya, tidak peduli suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, sadar atau tidak sadar, itu memiliki “Wahyu Panca Ghaib” tanpa “Wahyu Panca Ghaib” di dalam wujud tubuhnya, adalah seonggok Patung Tanah, yang jika tertimpa air setetes saja, akan cacat bahkan hancur.

Di abad ketiga, setelah jaman Para Nabi atau Para Dewa, yaitu pada jaman Raja-raja atau Keraja’an “Wahyu Panca Ghaib” ini di kenal dengan sebutan sebagai “Wahyu Mahkota Rama” atau “Wahyu Eka Buana” sedangkan di Jaman moderen atau milinium sekarang ini, di sebut sebagai “Wahyu Panca Ghaib” yang artinya;
5 Ruh Pemberian Dzat Hidup.

“Wahyu Mahkota Rama” atau “Wahyu Eka Buana” Adalah Sebagai;
1. Manembahing kawula gusti.
2. Manunggaling kawula gusti.
3. Leburing kawula gusti.
4. Sampurnaning kawula gusti.
5. Sampurnaning pati lan urip.

“Wahyu Panca Ghaib”
1. Kunci.
2. Paweling.
3. Asmo.
4. Mijil.
5. Singkir.

Dan di jaman Raja-raja atau Keraja’an kala itu, hanya inilah satu-satu nya ilmu tingkat tinggi, maksudnya; ilmu tertinggi yang tidak tertandingi, tidak ada yang lebih tinggi dari pelajaran ini, namun sayang seribu kali kata sayang, pada jaman itu, ini hanya di perbolehkan untuk di pelajari oleh kaum bangsawan saja atau kalangan raja-raja dan ahli tapa atau pertapa.

Sedangkan kaum sudera atau orang awam, sama sekali tidak di perbolehkan bahkan di takut-takut, bisa kualat/ketula, karena di bilang ilmunya Para Dewa, kecuali jika mampu menjalankan pertapaan atau tapa brata, itupun secara sembunyi-sembunyi.

3. Titik Poin Ketiga Adalah;
Tentang Rasa Sadar. Rasa Kesadaran dan Rasa Kesadaran Murni.

Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasihku Sekalian…
“Wahyu Panca Ghaib” yang tak lain dan tak bukan adalah 5 Ruh didalam diri kita sebagai manusia ini, masing-masing memiliki Sikap Dan Sipat bawa’an asli dari sana-Nya.
Yaitu;
“Wahyu Mahkota Rama” atau “Wahyu Eka Buana” sebagai Sikapnya “Wahyu Panca Ghaib”
Dan “Wahyu Panca Laku” Sebagai Sipatnya “Wahyu Panca Ghaib”

“Wahyu Mahkota Rama” atau “Wahyu Eka Buana” adalah;
1. Manembahing kawula gusti.
2. Manunggaling kawula gusti.
3. Leburing kawula gusti.
4. Sampurnaning kawula gusti.
5. Sampurnaning pati lan urip.
Inilah Sikapnya “Wahyu Panca Ghaib”

“Wahyu Panca Laku”
1. Pasrah kepada Dzat Hidup.
2. Menerima keputusan Dzat Hidup.
3. Mempersilahkan kuasa Dzat Hidup.
4. Merasakan kenyataan Dzat Hidup.
5. Menebar cinta kasih sayang Dzat Hidup.
Inilah Sipatnya “Wahyu Panca Ghaib”

Seperti ini Maksud Jelasnya;
Sikapnya “Wahyu Panca Ghaib” adalah sebagai berikut;
1. Sikapnya Kunci itu – Manembahing kawula gusti.
2. Sikapnya Paweling itu – Manunggaling kawula gusti.
3. Sikapnya Asmo itu –
Leburing kawula gusti.
4. Sikapnya Mijil itu – Sampurnaning kawula gusti.
5. Sikapnya Singkir itu – Sampurnaning pati lan urip.

Sipatnya “Wahyu Panca Ghaib” adalah sebagai berikut;
1. Sipatnya Kunci itu –
Pasrah kepada Dzat Hidup.
2. Sipatnya Paweling itu-
Menerima keputusan Dzat Hidup.
3. Sipatnya Asmo itu – Mempersilahkan kuasa Dzat Hidup.
4. Sipatnya Mijil itu –
Merasakan kenyataan Dzat Hidup.
5. Sipatnya Singkir itu –
Menebar cinta kasih sayang Dzat Hidup.

Itu lah Sikap Dan Sipat “Wahyu Panca Ghaib” bawaan asli dari sana-Nya.

Mengenal Dzat Hidup, harus melalui Dzat-Nya, yaitu “Wahyu Panca Ghaib” dan mengenal “Wahyu Panca Ghaib” harus menggunakan Sikap dan Sipatnya “Wahyu Panca Ghaib” yaitu “Wahyu Mahkota Rama” atau “Wahyu Eka Buana” dan “Wahyu Panca Laku” tidak bisa selain itu.

Sebab karena, mereka ber 5 itu, adalah setara dengan Dzat Hidup, jadi, tidak mudah untuk bisa mendekatinya apalagi menembusnya, karena Dzat Hidup itu “Maha Suci” suci itu, tidak bisa di campuri dengan apapun dan tidak bisa tercampur oleh apapun, kecuali dengan Suci juga.

Selain itu, sebab karena sudah di sekenario begitu oleh Sang Empu-Nya, sesuai yang tersurat dan tersirat di dalam qitab hidup (Lauhul Mahfud) “Aroftu Robbi Bi Robbi”
Mengenal Tuhan melalui Tuhan.

Man Tholabal Maulana Bighoiri Nafsi Faqoddola Dolalan Baida.
Yang artinya;
Barang siapa yang mencari Allah/Tuhan, keluar dari dirinya sendiri, maka dia akan tersesat semakin jauh.

Man Arofa Nafsahu Faqod Arofa Robbahu.
Yang artinya;
Barang siapa mengenal nafs (diri) nya, maka dia mengenal Tuhan nya.

Dan masih banyak lagi penjelasan-penjelasan tegas lainnya, yang jika saya sampaikan semuanya, justru akan membuat kita semakin terasa pusing di kepala, karena sebab itu, saya menggunakan bahasa yang paling sederhana, maksudnya; agar supaya tidak pusing di kepala.

“Wahyu Panca Ghaib” Dan sikapnya yaitu “Wahyu Eka Buana” atau “Wahyu Mahkota Rama” serta Sipat-Nya yaitu “Wahyu Panca Laku” hanya bisa di ibadahkan dengan Rasa Sadar. Rasa Kesadaran dan Rasa Kesadaran Murni, bukan dengan tekanan keterpaksaan berdasarkan penasaran yang di bungkus ego dan pamrih.

Jadi, jikalau hatinya belum tersentuh dan bathinnya belum tergugah akan datangnya Mati yang telah di perjanjikan, yang kedatangannya tidak bisa di hindari dan di tolak oleh siapapun dia, di paksa dengan cara apapun dan bagaimanapun, tidak akan bisa meng-Ibadah-kan “Wahyu Panca Ghaib” dengan menggunakan Sikap dan sifatnya.

Menjalankan sih menjalankan, mungkin bisa, namun sistem menjalankannya, yaitu tadi, menggunakan Ego dan Pamrih, sehingganya, masih punya waktu, bahkan asyik membenci itu dan ini serta fitnah dan bully sana sini, karena sebabnya begitu, yang muncul adalah Arogan atau kesombongan, bukan Rasa Sadar, bukan pula Rasa Kesadaran, apalagi Rasa Kesadaran Murni.

Namun sesungguhnya…
Di sadari atau tidak di sadari, pada hakikatnya manusia hidup itu, selalu sadar, ini terbukti dari ketika manusia itu lapar, otomatis langsung mencari makanan, dan otomatis langsung mencari minuman ketika haus.

Kalau tidak dalam sikon sadar, mana mungkin respon otomatis ini bisa terjadi bukan…?!

Hanya saja, belum bisa menyadari, proses kejadian tersebut, kenapa bisa lapar, kenapa bisa haus, mengapa ketika lapar langsung cari makanan, ketika haus cari minuman, siapa yang lapar dan haus itu, siapa yang menggerak kan mencari makanan dan minuman itu, ini yang belum bisa di sadari, bahkan sama sekali tidak di sadari secara umum.

Sehingganya, jangan kan menyaksikan Sang Empu-Nya makanan dan minuman serta Sang Penggeraknya, untuk bersyukur dan mengucapkan terima kasih, menikmati makanan dan minuman dengan iman saja, mengalami kesulitan tingkat tinggi.

Kenapa dan mengapa bisa begitu…?! Sebab karena…
Rasa Kesadaran nya belum tergugah, masih tidur, jadi, prosesnya seperti mimpi, begitulah kenyataan pada umumnya…

Untuk bisa berkesadaran hingga sampai ke Kesadaran Murni, di butuhkan Laku Murni Menuju Suci, yaitu;
Meng-Ibadah-kan “Wahyu Panca Ghaib” dengan menggunakan Sikap Dan Sipat Aslinya “Wahyu Panca Ghaib” yang tak lain dan tak bukan adalah isi dari wujud bentuknya manusia itu sendiri.

Hanya dengan begitu dan begitu, Rasa Sadar, Rasa Kesadaran dan Rasa Kesadaran Murni, akan terbangun dengan sendirinya atau otomatis.

Rasa Sadar. Rasa Kesadaran. Rasa Kesadaran Murni itu, yang seperti apa dan bagaimana sih Pak WEB…?!

Rasa Sadar;
Ketika kita merasakan hendak pipis, hendak BAB, itulah Rasa Sadar, buktinya, bisa merasakan kebeletnya.

Karena terasa hendak pipis atau BAB, lalu kita bergerak menuju toilet, karena pipis atau BAB di toilet, adalah aman dan nyaman, dari pada pipis atau BAB di pinggir jalan, itulah Rasa Kesadaran.

Hasil setelah pipis di toilet dengan aman dan nyaman, itulah Rasa Kesadaran Murni.

4. Titik Poin Keempat Adalah;
Tentang “Wahyu Panca Laku” atau keTakwaan atau Iman, maksudnya;
Tentang apa dan bagaimana itu “Wahyu Panca Ghaib”

Para Kadhang Dan Para Sedulur Kinasihku Sekalian…
Untuk bisa meng-Ibadah-kan “Wahyu Panca Ghaib” Dengan menggunakan Sikap dan Sipat asli-Nya sendiri, yaitu “Wahyu Mahkota Rama” atau “Wahyu Eka Buana” dan “Wahyu Panca Laku”

Kita harus memiliki Rasa Sadar. Rasa Kesadaran dan Rasa Kesadaran Murni terlebih dahulu.

Dan untuk bisa memiliki Rasa Sadar. Rasa Kesadaran dan Rasa Kesadaran Murni, kita harus meng-Ibadah-kan “Wahyu Panca Ghaib” Dengan menggunakan Sikap dan Sipat-Nya “Wahyu Panca Ghaib” bukan dengan yang lain.

Bukan dengan teori, bukan dengan puasa atau tapa brata, bukan dengan sesaji dan uberampe apapun, juga bukan dengan agama, keyakinan, kepercayaan atau aliran-aliran ilmu apapun serta adat apapun dll.

Hanya dengan meng-Ibadah-kan “Wahyu Panca Ghaib” menggunakan Sikap dan Sipat-Nya “Wahyu Panca Ghaib” itu sendiri.

Sebab karena…
“Wahyu Panca Ghaib” itu bukan agama, bukan kepercayaan, bukan kejawen, bukan adat, bukan suku budaya, bukan kebatinan, bukan kesaktian, bukan aliran, bukan golongan, bukan partai, bukan perdukunan, bukan kapribaden, bukan kejawen, bukan pula perguruan, melainkan Lima Ruh Pemberian Dzat Hidup kepada manusia, alian Rasa Sadar, Rasa Kesadaran dan Rasa Kesadaran Murni itu sendiri.

Maksud jelasnya;
“Wahyu Panca Ghaib” dan Sikapnya yaitu “Wahyu Eka Buana” atau “Wahyu Mahkota Rama” serta Sipatnya yaitu “Wahyu Panca Laku” adalah Rasa Sadar, Rasa Kesadaran dan Rasa Kesadaran Murni itu sendiri, sebab karena itu, di riwayat kan sebagai; “Aroftu Robbi Bi Robbi”
Mengenal Tuhan melalui Tuhan.

Dan lagi, pada waktu “Wahyu Panca Ghaib” beserta Sikap dan Sipat-Nya di turunkan dan di terima oleh “ADAM” pada waktu itu belum ada;
Agama apapun, kepercayaan apapun, kejawen apapun, adat, suku, budaya apapun, kebatinan apapun, kesaktian apapun, aliran apapun, golongan apapun, partai apapun, perdukunan apapun, kapribaden apapun dan perguruan apapun dll.

Sebab karena itu “Wahyu Panca Ghaib” disebut bukan agama apapun, kepercayaan apapun, kejawen apapu, adat, suku, budaya apapun, kebatinan apapun, kesaktian apapun, aliran apapun, golongan apapun, partai apapun, perdukunan apapun, kapribaden apapun dan perguruan apapun dll.

Karena “Wahyu Panca Ghaib” adalah;
Lima Ruh Pemberian Dzat Hidup kepada manusia, dan penerima pertamanya adalah “ADAM”

Dan dengan “Wahyu Panca Ghaib” yang di ibadahkan dengan menggunakan Sikap dan Sipat-Nya yaitu;
“Wahyu Mahkota Rama” atau “Wahyu Eka Buana” dan “Wahyu Panca Laku” inilah “ADAM – HAWA” berhasil mendapatkan pengampunan Dzat Hidup dari kesalahan terbesarnya, sehingga berhasil mencapai tingkat kesempurnaan dunia dan akhirat atau hidup dan mati.

Sekalipun pada masanya belum ada ajaran agama apapun, kepercayaan apapun, kejawen apapu, adat, suku, budaya apapun, kebatinan apapun, kesaktian apapun, aliran apapun, golongan apapun, partai apapun, perdukunan apapun, kapribaden apapun dan perguruan apapun, sekolahan dan pesantren apapun dll.

Kok ADAM…?!
La Romo Semono Sastrohadijoyo itu…!!!

Romo Semono Sastrohadijoyo itu, bukan penerima pertama, melainkan Penyempurna Pertama setelah Nabi Isa.

Jelasnya begini;
Setelah “ADAM-HAWA” berhasil mencapai kesempurna’an hidup dan mati, secara otomatis “Wahyu Panca Ghaib” di teruskan oleh anak cucunya, dan bermula dari sinilah”Wahyu Panca Ghaib” menjadi berubah, karena di arahkan ke kepentingan duniawi semata, buka ke Dzat Hidup Sang Penguasa Duniawi dan semuanya, seperti yang sudah saya uraikan ditengah tadi.

Lalu atas Cinta Kasih Sayang Dzat Hidup, di turunkanlah Nabi Isa untuk menyempurnakan “Wahyu Panca Ghaib” agar supaya kembali seperti semula atau pada awalnya.

Namun gagal, karena Nabi Isa di Tuhan kan, lalu Isa memohon untuk di angkat kehadirat-Nya, (hal ini di akui oleh Nabi Muhammad, bahkan Beliau berSabda; Kelak di akhir Jaman, saudaraku ISA akan turun kembali, untuk menggenapi firman-Nya).

Kemudian di abad moderen, dimana manusia-manusianya sudah tidak mampu lagi menahan lapar dan haus serta tidur, lahir dan muncul-Lah Romo Semono Sastrohadijoyo yang mampu menjalankan pertapa’an hingga 3 tahun lamanya, demi Kesempurna’an “Wahyu Panca Ghaib” dan melanjutkan firman-Nya yang tertunda itu.

Dan… Berhasil.
Walaupun dalam proses kelanggengannya hampir gagal juga, seperti yang pernah dialami Nabi Isa, karena setelah Almarhum, Romo Semono Sastrohadijoyo, di Tuhan kan oleh Para Putera nya.

Alasan karena sudah waktunya dan sudah saatnya kebenaran dan kebaikan sejati harus ada berdiri tegak di dunia ini, maka;

Di lahirkan lah Para Putera Sejati Sejati nya Putera Rama, untuk meluruskan belokan dan tikungan yang penyimpangan dari pengertian dan pemahaman yang sebenarnya, dan berkah berkat itulah, akhirnya, walaupun belum seluruh nya, namun bisa saya pastikan berhasil.

5. Titip Poin Kelima adalah;
Tentang Jagalah Pikiran. Jagalah Hati Dan Jagalah Rasa.

Para Kadhang Dan Para Sedulur Kinasihku Sekalian… Ketahuilah.
Keada’an Situasi dan Kondisi Hidup itu, tenteram dalam hal semuanya dan Sempurna pada segala segi halnya.

Karena bagi Hidup, apapun itu tidak ada, apa-apa itu, tidak ada, yang ada bagi-Nya, hanya Dzat Hidup.

Dan Dzat Hidup itu, indah/damai/tenang/nyaman/selamat/bahagia/sehat/sukses/mewah/berhasil dan “SEMPURNA” Titik (tidak ada tapi tentang ini.

Namun…
Bukti-bukti Riyil-nya Laku Murni Menuju Suci dalam kehidupan sehari-hari yang di peroleh dan di alami, membuat kita semakin yakin dan menjadikan kita bertambah percaya kepada Utusan-Nya, yaitu; “Hidup” Sang Utusan Dzat Hidup.

Nah, disinilah…
Semakin kita percaya dan semakin kita yakin kepada Sang Utusan-Nya ini, semakin kita akan terlena oleh kemalasan Laku Murni Menuju Suci.

Kenapa dan mengapa begitu…?!

Sebab belum terbiasa merasakan ketenteraman yang sempurna di kehidupan dunia ini.

Karena belum terbiasa inilah;
Ketika berhasil mendapatkan dan
merasakan ketenteraman yang sempurna’an, yang sesungguhnya, yang sebenarnya, yang sejati nya di kehidupan dunia ini.

Menjadi terlena bahkan larut dan tenggelam kedalam keindahan/kedamaian/ketenangan/kenyamanan/keselamatan/kebahagiaan/kesehatan/kesuksesan/keberhasilan/kemewahan “dianggapnya semangkuk air itu adalah lautan”

Maksudnya;
Saking Indahnya, damainya/tenangnya/nyamannya/selamatnya/amannya/bahagianya/sehatnya/suksesnya/berhasilnya, jadi “Malas Patrap Semedi”

Dikiranya;
Sebab karena sudah sampai, akan Tetap Bisa Indah/damai/tenang/nyaman/selamat/aman/bahagia/sehat/sukses/berhasil/mewah walaupun Tanpa Patrap Semedi.

Karena tidak pernah Patrap Semedi, atau Patrap Semedi nya Jarang, jadi, walaupun sedang Laku Murni Menuju Suci, sekalipun punya Wahyu panca ghaib yang di ibadahkan dengan Wahyu panca laku.

Masih punya waktu dan kesempatan untuk membenci sesama makhluk, dendam, fitnah, bully, iri, sirik, dengki dan cari-cari kesalahan orang lain dan sebagainya, bahkan konyolnya, itu di anggap sebagai bagian dari kesempurnaan Laku Murni Menuju Suci, sehingganya;
Terus asik mengapung di ranah itu.

Kalau slogan pada umumnya;
Semakin tinggi memanjat sebuah pohon, semaki kencang angin yang akan menerpanya.

Namun didalam Laku Murni Menuju Suci, tidak begitu, melainkan;
Semakin tinggi memanjat sebuah pohon, semakin terlena, bahkan bisa terlelap tidur, karena semakin tinggi, anginnya semakin sepoi-sepoi menerpanya.

Dan akhirnya jatuh tersungkur dengan tetap mendengkur, sehingganya tidak menyadari dan tidak mengetahui, bahkan tidak merasa kalau dirinya telah jatuh dan kufur atau gugur.

Nah…. Sebab karena itu, saya membagikan ilmu pengetahui pribadi saya, seperti ini;
Jagalah Pikiranmu, karena Pikiran akan menjadi Perkata’anmu.
Jagalah Perkata’anmu, karena Perkata’anmu akan menjadi Perbuatanmu.
Jagalah Perbuatanmu, karena Perbuatanmu akan menjadi Kebiasa’anmu.
Jagalah Kebiasa’anmu, karena Kebiasa’anmu akan membentuk Karaktermu.
Jagalah Karaktermu, Karena Karaktermu akan menentukan Nasibmu.

Jagalah Nasibmu, karena Nasib, akan menentukan suana Hatimu.
Jagalah Hatimu, karena Hatimu akan menentukan Rasamu.
Jagalah Rasamu, karena Rasamu akan menentukan Lakumu.
Jagalah Lakumu, karena Lakumu akan menentukan Tuhan-mu.
Tuhan hantu, apa hantu Tuhan, apa Tuhan Tuhanan atau hantu hantuan.

Maksudnya;
Agar supaya tidak terlena dan hanyut tenggelam pada samudera kekufuran, dengan begitu, ada sesuatu sedikit saja, yang mendekat untuk kufur, kita tau, kita mengerti dan kita paham, sehingganya, cepat bisa masuk ke Rasa Sadar, Rasa Kesadaran dan Rasa Kesadaran Murni lagi.

Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasihku sekalian…
Dewasa ini, di abad yang sudah tua ini, Hidup itu, terenyuh/Sedih.

Kenapa dan mengapa bisa begitu…?!

Sebab di seumur kehidupan dunia manusia, Hidup itu tertekan, karena selalu di tekan.

Hidup Itu Kuasa, namun Hidup tidak bisa melakukan kuasanya, apapun yang kita lakukan dan kita perbuat, selalu menggunakan nalar pikiran dari 4 anasir, bukan Hidup.

Bukti kuasanya Hidup;
Kita bisa itu dan ini serta bisa ini dan itu serta apapun, itu karena adanya Hidup di dalam diri kita.

Jikalau tidak ada Hidup di dalam diri kita, sehebat dan sekuat serta sekuasa apapun, pasti jadi mayat, itu salah satu bukti kuasanya Hidup.

Namun sayang, Hidup tidak bisa menunjukan kuasanya, padahal, semua dan segala awal dan akhir kehidupan di dunia ini, bermula dan berakhir dari Hidup dan pada Hidup, bergantung bahkan di tentukan oleh Hidup, sebab karena itu Hidup Terenyuh atau Sedih.

Pada hakikatnya, di sadari atau tidak, suka atau tidak, di akui atau tidak, seumur Hidup kita, kita berada di dimensi Hidup dan menjalani hukum Hidup, kita tidak punya kemampuan untuk tidak tinggal di dimensi Hidup, ini bisa di buktikan, bahwasannya, kita bisa mati jika menolak hukum Hidup. Seperti;
BAK atau BAB atau buang angin, itu adalah hukum Hidup, bukan hukum negara atau hukum agama dll, melainkan hukum Hidup, kalau tidak percaya, coba saja menolak hukum Hidup itu, apa yang akan terjadi, jika tidak mau BAK atau BAB atau buang angin, saya bisa pasti bahkan berani jamin, kalau tidak masuk di unit gawat darurat, pasti masuk ke liang kubur.

Maka, jangan “KAU” ingkari itu…!!!

“….di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Jika daging tersebut baik, baiklah seluruh tubuh. Jika rusak, rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah Hati. (HR. al-Bukhari dan Muslim)

“…Aku tidak bisa berada di bumi ataupun di langit, tapi aku bisa berada dalam hati seorang mukmin yang benar”
“Qalbul mukmin Baitullah.”
Hati orang yang beriman itu adalah rumah ALLAH/TUHAN.
“…Tidak dapat memuat dzat-Ku bumi dan langit-Ku, kecuali “Hati” hamba-Ku yang mukmin, lunak dan tenang“ (HR Abu Dawud ).

Bacalah kitab yang kekal yang berada di dalam diri kalian sendiri (hati)” Sebab Karena;
Allah/Tuhan itu bathinnya manusia, manusia adalah dhohirnya (kenyataannya) Allah/Tuhan “Al-Insanu Siri Wa Anna Siruhu” Rahasia kalian adalah rahasia-Ku.

Bahkan didalam Sebuah Hadits Qudsi Dzat Hidup Berfirman, yang Artinya;
“Aku adalah Rahasia (Perbendaharaan) yang tersembunyi, lalu Aku berkeinginan agar dikenal, kemudian aku ciptakan alam serta makhluk, tidak lain agar mereka bisa Ma’rifat (mengenal) kepada Aku”

Betapapun jelas dan riyil serta blak kotak Tanpa Tedeng Aling-aling kabar dari saya Wong Edan Bagu tentang Kesempurna’an Hidup Dan Mati seperti yang sudah saya perjelas ini “JIKALAU” Di Kepala
Masih ada Perasaan Pamrih dan Di Hati masih ada rasa benci, iri, dengki, hasut, dendam, fitnah, ego, arogan, sedikit saja…

Percayalah, tidak akan pernah bisa, sangat tidak bisa, apalagi sampai banyak.

Sungguh saya sudah “membuktikannya”
Dan hasilnya Yaitu; “tidak bisa”

Sebab itu…
Di Titik Poin Kelima, yaitu;
Tentang Jagalah Pikiran. Jagalah Hati Dan Jagalah Rasa, saya kabarkan, karena itu, terus dan terus lakukan jangan pernah merasa lulus, artinya;
Terus jaga dan jaga terus.

Dan untuk mengantisifasi agar supaya kita sensitif pada ketidak tepatan di dalam Laku Murni Menuju Suci, maka ketahuilah Barometer Laku Murni Menuju Suci berikut ini;
Para Kadhang dan Para Sedulur Kinasihku Sekalian…
Seorang yang sedang Laku Murni Menuju Suci, walaupun;
Tidak pernah belajar rasa.
Tidak pernah belajar baik.
Tidak pernah belajar anggah unggu atau sopan santun.
Tidak pernah belajar jujur.
Tidak pernah belajar sabar.
Tidak pernah belajar ilmu.
Tidak pernah belajar ikhlas.
Tidak pernah belajar tulus.
Tidak pernah belajar rela.
Tidak pernah belajar indah.
Tidak pernah belajar bersih.
Tidak pernah belajar bagus.
Tidak pernah belajar teliti.
Tidak pernah belajar jeli.
Tidak pernah belajar sukses.
Tidak pernah belajar berhasil.
Tidak pernah belajar waspada.
Tidak pernah belajar berpikir.
Tidak pernah belajar sadar.
Tidak pernah belajar dermawan.
Tidak pernah belajar mengalah.
Tidak pernah belajar budi pakarti.
Tidak pernah belajar kebatinan.
Tidak pernah belajar mencintai.
Tidak pernah belajar mengasihi.
Tidak pernah belajar menyayangi.
Tidak pernah belajar menghormati.
Tidak pernah belajar menghargai.

Otomatis Pasti Bisa…!!!
Bisa rasa.
Bisa baik.
Bisa sopan santun.
Bisa jujur.
Bisa sabar.
Bisa ilmu.
Bisa ikhlas.
Bisa tulus.
Bisa rela.
Bisa indah.
Bisa bersih.
Bisa bagus.
Bisa teliti.
Bisa jeli.
Bisa sukses.
Bisa berhasil.
Bisa waspada.
Bisa berpikir.
Bisa sadar.
Bisa dermawan.
Bisa mengalah.
Bisa budi pakarti.
Bisa kebatinan.
Bisa mencintai.
Bisa mengasihi.
Bisa menyayangi.
Bisa menghormati.
Bisa menghargai.

Kalau Sampai Tidak Bisa.
Berarti keluar dari jalur Laku Murni Menuju Suci dan Tersesat jauuhhhhh…

Maka, segeralah Mengaku Salah dan cepat Memohon Ampunan kepada Gusti (Guru Sejati) dengan cara Patrap Semedi meng-Ibadah-kan “Wahyu Panca Ghaib” dengan menggunakan Sikap dan Sipat, serta jangan lupa Ucapkan Terima Kasih dengan Kesadaran yang Sadar ketika Pengampunan telah di peroleh, sungguh, tidak ada yang lebih berharga dan lebih membahagiakan, di bandingkan mendapat Pengampunan Dari Dzat Hidup yang Maha Segala-Nya.

Salam Se-Tu-Han Penuh Cinta Kasih Sayang dari dalam Lubuk hati saya WEB yang paling dalam. Selamat🙏Selamat🙏Selamat🙏 Rahayu🙏Rahayu🙏Rahayu🙏Damai🙏Damai🙏 Damai🙏 Tenteram🙏
Saya❤️
Wong Edan Bagu❤️
Ngaturaken Sugeng Rahayu🙏
lir Ing Sambikolo🤝
Amanggih Yuwono🤝
Pinayungan Mring Ingkang Maha Suci🙏
Basuki❤️
Yuwono❤️
Teguh❤️
Rahayu❤️
Slamet❤️🙏❤️
BERKAH SELALU Untuk semuanya tanpa terkecuali, terutama Para Sedulur, khususnya Para Kadhang Konto dan Kanti Anom saya yang senantiasa di Restui Hyang Maha Suci Hidup🙏Om Shantih Shantih Shantih Om – Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu🙏
Terima Kasih🤝❤️🤝
Terima Kasih🤝❤️🤝
Terima Kasih🤝❤️🤝
Ttd: Toso Wijaya. D
Lahir: Cirebon Hari Rabu Pon Tanggal 13-08-1959
Alamat: Gubug Jenggolo Manik.
Oro-oro Ombo. Jl. Raya Pilangrejo. Gang. Jenggolo. Dusun. Ledok Kulon. Rt/Rw 004/001. Desa Pilangrejo. Kecamatan. Juwangi. Kabupaten. Boyolali. Jawa Tengah. Indonesia 57391.
Email: webdjakatolos@gmail.com
Telephon/SMS/WhatsApp/Line; 0858-6179-9966.
BBM: DACB5DC3”
Twitter: @EdanBagu
Blogg: http://www.wongedanbagu.com
Wordpress: http:// putraramasejati.wordpress.com
Facebook: http://facebook.com/tosowidjaya
Wong Edan Bagu – YouTube.com

1 thoughts on “Manunggaling Kawula Gusti Atau Manunggaling Sedulur 4 – 5 Pancer adalah; Titik Poin Riyilnya Kesempurna’an Laku Murni Menuju Suci:

  1. Ringgo Pieters berkata:

    Manunggaling …. bergaya /versi arabiah.

Komentar ditutup.