TITIK KESIMPULAN DARI SEMUANYA

TITIK KESIMPULAN DARI SEMUANYA:
Oleh: Wong Edan Bagu
Di Gubug Jenggolo Manik
Hari Minggu. Pukul. 10:00. Tanggal 18 Oktober 2020.

Para kadhang Kinasihku sekalian…
Dari seluruh yang sudah saya informasikan, baik melalui tulisan tulisan di artikel, atau melalui ucapan ucapan di Vidio Vidio, kesimpulannya seperti ini:

Tuhan itu benar benar nyata adanya, dia layak dan pantas untuk di cintai, kasihi dan di sayangi melebihi dari apapun, bukan di takuti, dia layak dan pantas untuk di puja dan di puji disetiap saatnya, tidak ada yang lebih layak dan pantas untuk di cintai, di kasihi, di sayangi selain dia, apa lagi di puja dan di puji selain dia.

Dialah segalanya, dialah tempat asal muasalnya semua dan segalanya, dialah pula tempat kembalinya seluruh makhluk, sedangkan selain dia, itu adalah semu, palsu dan akan rusak.

Termasuk diri kita sendiri, jika tidak manunggal dengannya, dan kalau diri kita sudah rusak, apapun yang menurut kita adalah milik kita, akan menjadi milik orang lain untuk sementara waktu, yang kemudian juga akan rusak, sama seperti yang telah rusak lainnya.

Dia meliputi segalanya, semuanya, dan seluruhnya, tidak ada sesuatu apapun yang sudah ada atau belum ada, itu tidak dia dan bukan dia.

Semuanya dia, segalanya dia, seluruhnya dia sendiri, tidak ada yang bukan dia.

Selain kuasa atas segalanya, semuanya dan seluruhnya, dia juga pencinta, pengkasih dan pensayang tanpa batas, kepada apapun tanpa terkecuali.

Bukan ghaib, melainkan nyata senyata nyatanya, dan tidak menciptakan keburukan dalam bentuk apapun, kerusakan dalam bentuk apapun, penderitaan dalam jenis apapun, kesedihan dalam bentuk apapun, kemiskinan dalam bentuk apapun, kegagalan dalam bentuk apapun, bahkan kematian dalam jenis dan bentuk serta model apapun.

Jikalau hal itu ada, itu fikti, itu semu, jadi, tidak perlu takut, karena fikti, semu, maksudnya tidak sungguh sungguh ada dan terjadi, umpama atau gambarannya, hanya sebuah sandiwara atau sinetron saja.

Panjenengan mengerti kan, paham kan, tau kan, apa dan bagaimana itu sandiwara atau sinetron…?!

Sandiwara atau sinetron, betapapun dan bagaimanapun yang terjadi di dalam lakon atau judul sinetron, itu adalah aturan yang diatur oleh sutradara, untuk di perankan oleh pemain sinetron, mulai dari karakter, sipat dan sikap, hingga harus apa dan bagaimana, itu semuanya setingan sang sutradara.

Bukan asli pelakunya, pelaku hanya manut apa yang di katakan dan di perintahkan oleh sang  sutradara, dan kalau sandiwara atau sinetronnya sudah selesai, ya selesai, para pemainnya, menjadi diri pribadinya masing masing.

Dan lagi, di produksi atau tidaknya, sandiwara atau sinetron tersebut, agar lulus sensor, dan bisa tayang ke media, supaya bisa di tonton banyak orang, itu yang menentukan, adalah Sang Produkser.

Dan saya menyebutnya adalah;
Maha Suci, yang selama ini, lebih di kenal dengan sebutan Tuhan, yang di namai dengan berbagai macam sesuai kepentingan masing masing individu dan golongan.

Sedang kan sutradaranya adalah;
Dzat nya Maha Suci, atau ruhnya maha suci, yang diutus oleh maha suci itu sendiri, untuk menjadi sutradara ciptaanya.

Yang selama ini di kenal dengan sebutan guru sejati, atau roh suci atau ruh kudus, yang tak lain dan tak bukan adalah hidup, yang jika manunggal dengan maha suci, tersebut dzat maha suci hidup atau Kanjeng Romo Sejati Gusti Prabu Heru Cokro Semono.

Selain sebagai awal dan akhir dari semuanya, segalanya dan seluruhnya, tanpa terkecuali, dialah sang penggerak dan penggerik, apapun itu sebutan istilahnya.

Semuanya, segalanya, dan seluruhnya, di desain dan di ciptakan dalam keadaan suci, dan  dengan sempurna dan untuk sempurna, sesuci dan sesempurna keadaan dirinya sendiri.

Semuanya benar, segalanya baik, seluruhnya sempurna, tiada cacat sedikitpun, dalam bentuk dan jenis apapun.

Sebab karena karena sebab, semuanya, segalanya dan seluruhnya itu dan ini tanpa terkecuali, adalah bentuk wujud kenyataannya tuhan itu sendiri.

Dialah yang menggerakan semua perwujudan dan segala bentuk macam apapun, dan dialah pula yang menggerikan seluruh yang berpikiran, berhati dan bersyahwat.

Jadi, sesungguhnya, tidak ada satupun, tanpa terkecuali ini dan itu, yang masalah, yang sesuatu, yang perkara, karena seluruhnya adalah kesempurnaan dirinya.

Kalau harus di permasalahkan, atau di sesuatu kan, atau di perkarakan, sesungguhnya;
Masalahnya itu…!!!
Sesuatunya itu…!!!
Perkaranya itu…!!!

Adalah;
Belum menyaksikan dengan panca indera kepala nya sendiri, secara nyata dan riilnya dia, dzat maha suci hidup, sang penggerak dan penggerik seluruh makhluk ini.

Cuma itu saja, dan hanya itu saja, tidak ada yang lain, kalau selain itu, sudah benar semuanya, sudah baik segalanya, tidak ada yang buruk atau salah, apa lagi dosa.

Hanya saja, belum menyaksikan dengan panca indera kepala nya sendiri, secara nyata dan riilnya dia, dzat maha suci hidup, sang penggerak dan penggerik seluruh makhluk ini.

Sehingganya, pengertianya tidak klik, pemahamannya tidak klik, pengetahuannya tidak klik, tidak klimax maksudnya, alias tidak sempurna seperti garis hidup, dalam hukum semesta alam.

Sehingganya enggan, bahkan tidak bisa mau melakukan kesempurnaan abadi dari semuanya itu, segalanya dan seluruhnya itu, dari yang sudah ada maupun yang belum ada, yang sudah belum terjadi, sedang terjadi dan sudah terjadi.

Yang di semangati dan di maui, adalah keluh kesah, protes, bahkan berkhianat atau ingkar dari kitab loh mafudnya sendiri.

Jadi, yang berbuat itu dan ini, itu,  yang melakukan itu dan ini, itu, sesungguhnya, sebenarnya, sejatinya, hanya;
Mem permasalah kan katanya…!!!
Men sesuatu kan katanya…!!!
Mem perkara kan katanya…!!!

Sehingganya, pada berkhayal, berangan angan, bermimpi, berbayang bayang, berandai andai, berimajinasi, berhalusinasi.

Bukan yang sebenarnya, bukan yang sesungguhnya, bukan yang seaslinya, bukan yang sejatinya, melainkan kesemuan dan kepalsuan belaka, la wong katanya…kan…?!

Walau begitu, itu di perebutkan, di bela belain bertengkar, berdebat, salin sikut dan sikat sana sini,  hingga berujung salin menghancurkan, bahkan salin  membunuh, padahal itu hanya fikti, semu, katanya, bukan kenyataan riil yang sesungguhnya.

Bukan kah itu juga Tuhan itu sendiri…?!

Oh no…
Itu Bukan tuhan, itu adalah karya sang sutradara, untuk para pemain sandiwara atau sinetron, bagi para bintang yang terpilih untuk menjadi pemain sandiwara atau sinetron.

Tuhan hanya memproduksi sandiwara atau sinetron hasil karya sutradara nya, kalau itu layak dan menguntungkan, jika hasilnya tidak layak dan menguntungkan, tentunya tidak akan di produksi, sandiwara atau sinetronnya, la tidak menghasilkan apa apa…?!

Paling paling masuk tong sampah, lalu membuat sandiwara atau sinetron baru lagi, he he he . . . edan tenan.

Para Kadhang Kinasihku sekalian…
Dengan yang sudah saya informasikan tadi, berarti, penyelesaian dari semua dan segala serta seluruh masalah, sesuatu dan perkara tersebut, adalah menyaksikan sendiri, dengan panca indera kepalanya sendiri, secara nyata dan riil, apa dan bagaimana serta seperti apa ples dimana itu dzat maha suci hidup, bukan katanya apapun dan siapapun.

Sebab karena karena sebab, kalau sudah menyaksikan sendiri, dengan panca indera kepalanya sendiri, secara nyata dan riil, apa dan bagaimana serta seperti apa ples dimana itu dzat maha suci hidup, bukan katanya apapun dan siapapun.

Selesailah semuanya itu, selesailah segalanya itu, dan selesailah seluruhnya itu, dengan keindahan keselamatan dan kesempurnaan yang abadi.

Karena sebab sebab karena, pasti mengerti, memahami, mengetahui siapa sebenarnya identitas jati diri pribadi nya, yang sesungguhnya, yang sebenarnya, yang sejatinya.

Barang siapa mengenal identitas jati diri pribadinya, maka dia mengenal sang pemilik identitas jati diri pribadinya tersebut.

Nah, jikalau kita benar benar sudah  mengenal siapa dan bagaimana identitas jati diri pribadi kita yang sesungguhnya, yang sebenarnya, yang sejatinya.

Jangankan cuma peran sandiwara atau sinetron yang tidak kita maui, atau tidak kita sukai, yang namanya mati saja, yang katanya itu di tentukan oleh tuhan, bisa kita nego, bahkan kita tolak, kalau kita tidak suka atau belum mau, bisa memilih, mau jadi bintang pemain sinetron, apa mau jadi penonton, itu kita bisa tentukan sendiri.

Sehingganya, karena itu adalah pilihan kita sendiri, bukan di paksa atau terpaksa, kalau pilihan kita adalah menonton, maka kita pasti bisa menjadi penonton yang baik.

Kalau pilihan kita adalah bintang pemain sandiwara atau sinetron, pasti kita bisa menjadi bintang pemain sandiwara atau sinetron yang baik, bahkan terbaik.

Jikalau kita sudah benar benar mengenal siapa dan bagaimana identitas jati diri pribadi kita yang sesungguhnya, yang sebenarnya, yang sejatinya.

Misal kita tidak suka dengan model bentuk tubuh kita ini, misalnya kurang ganteng atau kurang cantik, atau ada cacatnya, kita bisa mendesainnya ulang, menjadi sesuai yang kita sukai, edan pora…?!

Kurang opo jal..?!
Gusti alah kui mring makhluke…!!!

Tidak ada sesuatu apapun yang tidak bisa kita ubah, semuanya bisa kita sesuaikan sesuai kemauan kita, karena kita adalah wadahnya tuhan, dan tuhan adalah isinya kita, tidak ada bedanya antara wadah dan isi, kecuali jika keduanya berpisah, dan baginya, tidak ada yang mustahil.

Namun sayang seribu kali kata sayang, karena dia adalah maha suci, dan suci itu tidak bisa di campuri dan tercampuri oleh apapun dan dengan apapun, dan lagi dia tidak mau di duakan, maka hanya ada satu cara dan teknik, untuk bisa menyaksikan Kemanunggalannya.

Yaitu;
Membersihkan sipat pikiran, dari   pemikiran pemikiran buruk, jelek dan jahat, yang menodainya.
Seperti;
Sirik, iri, dengki, hasut, bully, fitnah, benci, dendam, mengadu domba, merusak, menilai, menghakimi, mengadili, membunuh dan mencari kesalahan atau keburukan makhluk lain, untuk dijatuhkan.

Membersihkan sikap hati, dari kemelekatan urusan dunia yang menghalanginya, seperti;
Pekerjaan, kepemilikan harta benda, istri atau suami dan anak, serta keluarga dan dll yang melekat dihati.

Membersihkan sipat dan sikapnya  syahwat, dari kebiasaan tanpa etika dan aturan suci nya dzat maha suci hidup, kemudian menjaganya agar supaya tidak terkotori lagi.

Nah, dibagian inilah, yang membuat kebanyakan orang yang sudah banyak dikerumuni racun dogma katanya katanya itu dan ini, merasa berat dan sulit, untuk membersihkan pikirannya dari noda, membersihkan hatinya dari kemelekatan, serta syahwatnya dari kotoran.

Walaupun sudah mengerti, memahami dan mengetahui, kalau itu adalah semu, hanya katanya, ibaratnya selembar kertas, yang sewaktu waktu akan robek atau rusak, dan pada akhirnya dibakar.

Kenapa dan mengapa harus pikiran hati dan syahwat yang di bersihkan dari kesemuanya itu…?!

Kan itu hal yang mengasyikan dan menyenamgkan yang ada di dunia…!!!

Hehe…!!!
Karena sebab sebab karena;
Pikiran itu Baitul makmur.
Hati itu Baitul mukaram.
Syahwat itu Baitul muqadas atau maqdis.

Pikiran…
“AKU” Bertahta atau bersinggasana di dalam Baitul Makmur, yang berada di dalam kepala Adam.

Di dalam kepala ada  “Otak” (Ubun-ubun).
Di dalam ubun-ubun “Manik”
Di dalam manik “Budi”
Di dalam budi “Nafsu”
Di dalam nafsu “Suksma”
Di dalam suksma “Rahsa”
Di dalam rahsa “AKU”.

Hati…
“AKU” Bertahta atau bersinggasana di dalam Baitul Mukarram, itu rumah tempat larangan-KU, berdiri di dalam dada Adam.

Di dalam dada ada “Hati” (kalbu).
Di antara hati “Jantung”
Di dalam jantung “Budi”
Di dalam budi “Angan-angan”
Di dalam angan-angan “Suksma”
Di dalam suksma “Rahsa”
Di dalam rahsa “AKU”.

Syahwat…
AKU” Bertahta atau bersinggasana di dalam Baitul Muqaddas/Maqdis, yang merupakan tempat suci-Ku,  yang berada di dalam kelamin Adam.

Dibalik kelamin “Penis” atau kontol.
Di antara penis “Pelir/Peler”
Di dalam pelir/peler “Nutfah/Mani”
Di dalam mani “Madi”
Di dalam madi “Wadi”
Di dalam wadi “Manikem”
Di dalam manikem “Rahsa”
Di dalam rahsa “AKU”.

Maksud….?!
Namun mayat mayat hidup itu, semuanya ragu, bingung bahkan takut, yang merasa punya istri atau suami, ragu, bingung dan takut istri atau suaminya selingkuh dan di rebut orang lain, yang merasa punya anak, ragu, bingung dan takut anaknya tidak bisa jajan, yang merasa punya keluarga, ragu, bingung dan takut, keluarganya berantakan, hanya karena warisan.

Yang merasa punya usaha, bingung dan takut usahanya rugi dan bangkrut, yang merasa punya jabatan, bingung dan takut pangkatnya tidak naik ke level yang lebih tinggi, yang merasa punya harta kekayaan, bingung dan takut dirampok dan hilang harta kekayaannya.

Yang merasa punya agama, ragu, bingung dan takut agamanya di hina dan di lecehkan, yang merasa  berkercayaan, ragu, bingung dan takut kepercayaannya dianggap sesat, yang merasa berspiritual, ragu, bingung dan takut, spiritualnya diterima atau tidak, bisa sampai atau tidak, dll, padahal semuanya itu adalah kertas, yang sewaktu waktu bisa rusak dan robek, kemudian dibakar musna.

Bukannya Tuhan tidak adil dan tidak cinta kasih sayang terhadap ciptaannya, namun mayat mayat hidup itu sendiri, yang berusaha keras dan kuat, mempertahankan keraguan dan kebingungan serta ketakutannya sendiri, bahkan mengabadikannya, dengan cara mewariskan keraguan dan kebingungan serta ketakutannya itu, kepada seluruh keturunan anak cucunya.

Dan tuhan hanya sekedar menuruti apa yang disukai ciptaannya.

Sungguh memprihatinkan, namun sudah saatnya kenyataan yang sebenarnya dan yang sesungguhnya, terjadi di seluruh belahan lapisan bumi dan partikel partikel dimensi planet dunia, sebab karena itu, saya berani membicarakan tentang semua ini, secara umum dan tanpa tedeng aling aling.

Sudah waktunya hidup mandekani, Urip nagih janji, dzat maha suci hidup, satrita paningit jadi raja, berkuasa atas hak kuasanya, tidak semu dan tidak fikti lagi, seperti yang telah terjadi selama berabad adab ini, sudah saatnya penyakit dan kemiskinan tidak ada lagi, sudah saatnya kesedihan dan kesengsaraan tidak ada lagi, sudah saatnya kematian tidak ada lagi, sudah saatnya perbedaan dan kepalsuan tidak ada lagi.

Berganti dengan kemerdekaan sejati, dan kemewahan yang sempurna lagi abadi.

Segeralah saksikan kemanunggalan dzat dan maha suci nya hidupmu.

Kebebasan yang merdeka dari semua beban masalah, serta kemewahan yang sempurna bahkan abadi, akan menjadi hak resmi dan Syah milik kita, sesuai suratan yang telah di tulis dalam kitab perjanjian loh mafud, bagi seluruh makhluk hidup.

Jika tidak, maka tersebut mayat hidup, dan mayat hidup, adalah sampah semesta alam, dan sampah alam semesta, harus di sapu bersih, agar supaya tidak mengganggu seluruh panca indera manusia hidup.

Sebelum menyaksikan sendiri dengan panca indera kepalanya sendiri, kemanunggalan dzat mu dan maha suci hidupmu, betapapun jumlah amal ibadahmu, betapapun ilmu pengertian, pemahaman dan pengetahuanmu, tanpa guna, hanya akan semakin memperdaya dirimu sendiri.

Berbuat baik, akan diadili oleh kebaikanmu sendiri, melakukan keburukan, juga akan diadili oleh keburukanmu sendiri.

Betapapun yakin dan percaya nya keimananmu, tetap akan seperti kapas diatas air, kambang kampul terbawa arus kian kemari tanpa titik pasti untuk berlabuh.

Toh tidak selamanya…!!!
Apa yang di beratkan…!!!
Hanya untuk beberapa saat saja, selagi kita berjuang, berkorban dan mengabdi kepadanya.

Setelah menyaksikan kemanunggalan dzat kita dengan maha suci hidup kita, kita kembali ke tengah keluarga kita, tetangga kita dan masyarakat lingkungan tempat tinggal kita, untuk menebar kesempurnaan cinta kasih sayangnya yang mewah lagi abadi.

Jika d pilih untuk jadi pemain, kita bisa menjadi pemain yang baik, jika di pilih untuk jadi penonton, kita bisa jadi penonton yang baik, bisa menolong, bisa membantu, bisa menyelamatkan, bahkan bisa menyempurnakan, apapun yang perlu di tolong, dibantu, di selamatkan dan disempurnakan.

Bukan sekedar jadi pemain atau penonton yang baik saja, namun tidak bisa berbuat apa apa, renungkanlah itu dengan kesadaranmu yang sadar hidupmu, he he he . . . edan tenan.

Tercerahkanlah panjenengan Semuanya dan…
Salam Se-Tuhan Penuh Cinta Kasih Sayang dari dalam Lubuk hati saya WEB yang paling dalam. SelamatSelamatSelamat RahayuRahayuRahayuDamaiDamai Damai Tenteram
Saya❤️
Wong Edan Bagu❤️
Ngaturaken Sugeng Rahayu
lir Ing Sambikolo欄
Amanggih Yuwono欄
Pinayungan Mring Ingkang Maha Suci
Basuki❤️
Yuwono❤️
Teguh❤️
Rahayu❤️
Slamet❤️❤️
BERKAH SELALU Untuk semuanya tanpa terkecuali, terutama Para Sedulur, khususnya Para Kadhang Kontho dan Kanthi Anom saya,  yang senantiasa di Restui Hyang Dzat Maha Suci HidupOm Shantih Shantih Shantih Om – Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu
Terima Kasih欄❤️欄
Terima Kasih欄❤️欄
Terima Kasih欄❤️欄
Dan❤️SalamKebajikan❤️
Ttd: Toso Wijaya. D
Lahir: Cirebon Hari Rabu Pon Tanggal 13-08-1959
Alamat: Gubug Jenggolo Manik.
Jl. Raya Pilangrejo Juwangi Km 01. Gang Jenggolo. Dusun  Ledok Kulon. Rt/Rw 004/001. Desa Pilangrejo. Kecamatan Juwangi. Kabupaten. Boyolali. Jawa Tengah. Indonesia 57391.
Email: webdjakatolos@gmail.com
Telephon/SMS/WhatsApp/Line; 0858-6179-9966.
BBM: DACB5DC3
Instragram: tosowidjaya
Twitter: @EdanBagu
Blogg:
http://www.wongedanbagu.com
WordPress: https://putraramasejati.wordpress.com
Facebook: http://facebook.com/tosowidjaya
YouTube: Putro Romo Channel

1 thoughts on “TITIK KESIMPULAN DARI SEMUANYA

  1. fikificzhue berkata:

    Rahayu…

Komentar ditutup.